Sejak operasional 15 Oktober 2018, atau belum satu bulan, alat CT scan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) H Damanhuri Barabai, pasien dengan penyakit yang memerlukan pemeriksaan dengan alat tersebut, mulai ramai.
Pasien yang datang tak hanya dari wilayah Hulu Sungai Tengah (HST), tapi juga dari luar daerah, khususnya Banua Anam.Sejak CT Scan di RSUD H Hasan Basri tak operasional karena mengalami kerusakan alat, RSHD kini satu-satunya rumah sakit tujuan yang melayani CT Scan
“RSHD mulai banyak menerima pasien dari Banua Anam. Informasi yang kami peroleh, saat ini CT Scan di rumah sakit tipe B, yaitu RSUD Hasan BAsri Kandangan sedang rusak.
Jadinya, tiap hari kami ada saja menerima permintaan Scan pasien luar daerah, di Banua Anam,”ungkap sejumlah radiographer saat diruang kerja mereka pekan lalu, kepada banjarmasinpost.co.id.
Adapun pasien yang menggunakan alat tersebut, antara lain pasien yang mengalami benturan di bagian kepala, akibat kecelakaan. Juga pasien dengan indikasi penyakit lainnya, baik di kepala maupun di bagian-bagian tubuh lainnya, dimana dokter memerlukan alat pendukung diagnosa tersebut.
Bahri, salah satu pasien dari Barabai menyatakan bersyukur, di RSUD H Damanhuri kini tersedia alat tersebut. “Lumayan tidak ke Kandangan, atau ke Rs Ulin,”ungkap Bahri, yang pernah mengalami benturan di bagian kepala akibat kecelakaan lalu lintas, yang membuat kepalanya sering pusing.
CT Scan di RSUD H Damanhuri Barabai dengan 68 slice, sampai 128 slice tersebut sebenarnya telah tersedia sejak awal tahun 2017. Namun, karena harus mengurus izin operasinya, serta melengkapi persyaratan operasinal termasuk menyiapkan tenaga radiografer, akhirnya baru diperasikan 15 Oktober 2018. Bagaimana Pemkab HST bisa memiliki alat super mahal tersebut?
Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUD H Damanhuri dr Dessy Zuanita Lestari, beberapa waktu lalu kepada banjarmasinpost.co.id menjelaskan, menggunakan sistem kerjasama operasional (KSO). Sebuah perusahaan, yaitu PT Prima Kimia Surya, bersedia meminjamkan alat tersebut kepada pihak rumah sakit, dengan sistem bagi hasil.
Dengan sistem kerjsama seperti itu, Pemkab HST tak mengeluarkan uang, tapi hanya menyediakan fasilitas ruangan serta infrastruktur pendukungnya. Termasuk listrik, yang kini sudah berkapasitas 1.000 KVA, dari sebelumnya, hanya 200 KVA serta tenaga operasional dari rumah sakit, yang dilatih pihak perusahaan.
“Untuk perangkat CT Scan-nya tetap milik perusahaan dengan sistem bagi hasil antara rumah sakit dan perusahaan yang meminjamkan alat. Tapi untuk pemeliharaannya dijamin perusahaan, sehingga jika ada kerusakan pihak perusahaan yang memperbaikinya,”kata Dessy.
Dijelaskan, KSO juga dilakukan untuk unit pelayanan hemodialisa, dimana ada tambahan lima unit alat cuci darah, menambah lima unit yang dimiliki rumah sakit, yang sudah operasional.